Minggu, 31 Januari 2021

Self Boundaries : Perlunya Memilki batasan

 

Self Boundaries : Perlunya Memilki batasan

 

            Di dalam hidup ini mungkin banyak dari kalian yang sering merasa sering di manfaatkan, dan memberikan terlalu banyak entah itu waktu, materi, energi, merasa tidak dihargai dan merasa powerless saat berada di situasi tersebut,

hal ini terjadi karena kita secara tidak sadar mengizinkan orang-orang tersebut memperlakukan kita demikian, bisa jadi penyebabnya karena kita sendiri tidak memiliki yang namanya batasan.

batasan atau boundaries adalah limit yang menandakan hal-hal mana yang acceptebel, serta apa yang bisa di tolerir dan tidak, limit ini berlaku bagi orang lain dan diri kita sendiri,

di salah satu bukunya dokter hendri cluod pernah bilang bahwa “boundaries itu seberti rumah”, nah rumah kita kan biasanya di kelilingi pagar, terus ada pintu masuk dan di dalam rumah ada ruangan ruangan lain salah satunya kamar tidur kita,

nah, ada orang orang yang hanya bisa berada diluar pagar, ada yang bisa masuk kedalam tapi cuman keruang tamu, dan ada juga orang-orang yang kita izinkan masuk sampai ke kamar kita, nah kira kira seperti itulah boundaries, menetapkan physical space, emotional space, menthal dan juga spiritual space buat diri kita senditri.

Batasan batasan inipun jenis dan skala perioritasnya berbeda-beda, ada yang emosional dan ada yang physical. terus batasan kita juga ke orang lain berbeda beda, ada yang significant other, ke teman, ke orang tua, ada batasan-batasan yang sangat regit, ada yang lebih flexibel, ada yang big deal ada juga yang sepele.

kalau bagiku batasan yang saat ini ku terapkan misalnya saya tidak akan mau orang memberikan nomor pribadi ku ke orang lain tanpa seizin ku, terus batasan yang ku tetapkan pada diri sendiri misalnya harus tidur paling minimal 5 jam sehari,

menurutku memiliki batasan sangat penting, setting boundaries bukan untuk mengontrol orang lain, melainkan untuk melindungi diri sendiri, nah hal ini membantu kita membedakan antara posisi kita dan posisi orang lain dan membedakan antara keinginan kita dan keinginan orang lain.

jadi hidup yang kita jalani itu jauh lebih otentik dan sesuai dengan values atau nilai nilai yang kita pegang,

 

Self Love

membuat batasan adalah bagian dari self love, kita berhak untuk memiliki personal space dan melindungi space tersebut, dan sebagai manusia kita memiliki otonomi atas diri kita sendiri,

dan seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa boundaries adalah bentuk perlindungan yang melindungi diri kita dari orang-orang yang kiranya mau manfaatin kita, mengontrol bahkan memanipulasi kita, dan kita tdak semestinya hidup sebagai people pleasure, artinya kebahagian orang lain bukan merupakan tanggung jawab kita,

Selanjutnya, memiliki batasan juga membantu kita untuk membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain, karena sebenarnya hubungan sehat itu di dasari mutual respect,

hubungan sehat itu adalah tentang bagaimana diri kita bukan tentang apa yang kita lakukan ke orang tersebut, soalnya ini particulary interesting buatku, karena sangat sering saya melihat kebanyakan orang memiliki hubungan dengan orang lain bukan karena bagaimana orang itu, bukan tentang bagaimana personality mereka, bukan juga karena nilai-nilai yang mereka pegang, tapi seringnya karena orang itu baik ke kita.

Nah masalahnya kata ”baik” ini kadang suka salah diartikan, kita mengangap orang itu baik karena mudah melakukan sesuatu buat kita, kita gampang buat ngambil waktunya, energi dia, dan semacamnya.

Mindset seperti ini tidak bisa di pakai buat punya healthy relationship sama orang lain, kalau kita bisa setting boundaries dengan baik, itu akan membuat kita mudah untuk mengetahui siapa saja orang yang menghargai kita.

Kita bertanggung jawab untuk diri kita sendiri, eksistensi kita bukan untuk present ke orang lain dan kita berhak untuk hidup mandiri, maksudnya bagaimana?, Maksudnya adalah tidak bergantung pada keinginan, perasaan, mood ataupun pemikiran orang lain.

 

Tidak Mudah

Walaupun memiliki batasan dan prinsip itu penting, nyatanya seringkali hal ini sangat sulit buat dilakukan, seringkali kita tidak mau terlihat difficult, ribet, dan kaku, karena mungkin kita takut orang orang ini akan kecewa dengan kita bahkan meninggalkan kita.

Jadi selama ini kita harus terus berkompromi dan menyesuaikan diri sampai kita harus mengorbankan self effort kita, dan tidak respecting diri kita sendiri, dan juga kita memiliki 6tkekhawatiran jika kita memiliki batasan dan mengkomunikasikan hal tersebut ke orang lain maka akan terjadi konfrontasi dan karena tidak semua orang suka konfrontasai jadi untuk menghindari hal tersebut akhirnya kita berkompromi lagi,

 

ada juga orang-orang yang belum tau bahwa konsep boundaries ini exist, bisa jadi selama ini growing up boundaries dan privacy yang mereka punya selalu di failed it, akihnya terbentuklah mindset di diri mereka bahwa ’di dalam hidup ini tidak semestinya aku punya pagar’

kalau kita ingin respect orang lain, kita harus lebih dulu respecting diri sendiri, dan menghargai orang lain itu bukan dengan selalu mengizinkan mereka untuk crossting the line dan selalu meng”iya”kan apapun yang mereka minta.

 

How to identify and set boundaries?

Nah sekarang Pertanyaannya How to identify and set boundaries?

Pertama kita mesti cari tau nilai nilai apa yang kita pegang, inilah mengapa self-Awereness itu sangat penting, kita harusterus bertanya ke diri kita sendiri hal hal apa yang essential buat kita, apa yang kita suka dan tidak.

Selanjutnya kita harus bisa menganalisa itu semua, kenapa menganggap suatu value itu penting?, kenapa terkadang kita merasa tidak nyaman ketika di perhadapkan akan sesuatu?, dan bagaimana cara mengatasinya?

Kita harus berusaha meng-challenge diri kita dengan pertanyaan pertanyaan seperti itu dan jangan dissmising dengan perasaan yang kita punya.

Selanjutnya kategorikan batasan batasan tersebut, Find the balance, karena boundaries ini juga sangat berhubungan dengan situasi dan kondisi serta orang2 yang kita hadapi, dan selalu ingat bhwa kita berhak untuk punya self-worth, self-respect dan healthy wellbeing.

Yang selanjutnya yang musti kita lakukan adalah mengaplikasikan batasan tersebut, kalau cuman bikin tapi tidak dilakuakan, sama saja bohong

Nah ketika bouderies tersebut sedang di uji, kita juga haris bisa menganalisa situasi tersebut, kira kira hal tersebut crusial atau tidak, kita harus langsung mengkomunikasikan ke orang ini atau tidak?, dan saat mengkomunikasikannya pun kita harus transparan mungkin, harus jelas, tegas, straight forward, dan tentunya harus sopan.

Awalnya mungkin merasa takut dan tidak nyaman dengan semua itu, tapi ini semua butuh yang namanya proses, makin sering kita challenging batasan yang kita buat ini, akan makin mudak kita mengkomunikasikan hal tersebut dengan baik.

Nah misalnya si orang ini entah teman kita atau siapapun ke-trigger atau tidak terima kita setting boundaries terhadap kelakuan mereka, kita tidak perlu merasa sorry atqau meminta maaf, karena kembali lagi di awal bahwa kebahagiaan orang lain itu bukan merupakan tanggung jawab kita dan ketersinggungan orang juga bukan merupakan tanggung jawab kita.

Terakhir adalah kita musti mencari support system, yaitu orang-orang yang bisa membantu kita kita untuk figuring out dan practicing boundaries ini, orang-orang yang benar peduli dengan wellbeing kita, bukanya yang mau kita melakukan apa yang mereka mau.

Selasa, 31 Maret 2020

Penerapan Social distancing oleh 3 elemen Masyarakat


SOCIAL DISTANCING

            Washington post menurunkan sebuah artikel tanggal 14 maret kemarin, dia merangkum langkah langkah yang diambil china, korea selatan, jepang, itali, jerman, dan US dalam berperang melawan COVID-19, dari Artikel ini kita bisa tau bahwa semua negara yang di bahas itu menerapkan himbauan social distencing dan merekomendasikan self querentine, tapi ketika artikel tersebut terbit Cuma italy dan china yang melakukan lockdown,
            Kasus corona pertama di indonesia di umumkan pak jokowi 2 maret 2020, 2 minggu kemudian 15 maret 2020 baru keluar himbauan dari presiden jokowi untuk belajar, bekerja dan beribasdah dari rumah, sejak itu tuntutan lockdown himbauan social distencing dan social quarentin jadi banyak disebut di media social media dan porlal berita sebagai upaya pencegahan penyebaran virus covid-19.
Tapi sebenarnya apa sih itu social distancing?
            Social distencing bahasa gampangnya jaga jarak atau biasanya juga disebut pembatasan social, himbauan pak jokowi 15 maret itu bisa dibilang sebagai himbauan untuk melakukan social distencing, untuk bisa melakukan social distencing, tiga elemen masyarakat harus saling bersinergi supaya upaya ini maksimal dalam menghambat penyebaran virus, tiga elemen ini maksudnya adalah individu, perusahaan dan pemerintah tentang gimana caranya melakukan social distencing.
            Menerapkan sosial distencing adalah upaya paling nyata yg bisa kita lakukan sekarang supaya virus covid 19 ini tidak semakin melonjak , dan pertanyaan nya adalah memang nya mengapa imbauan peemerintah untuk melakukan distensing ini perlu sekali sebenarnya di lakukan?
·         yang pertama karakter covid 19 ini gampang sekali menyebar, menurut salah satu website di amerika virus covid 19 ini memang sangat gampang menyebar layaknya cacar karakteristik penyebaran yg harus di waspadai adalah orang yang belum menunjukkan gejala terinfeksipun orang ini sudah bisa menularkan virus ke orang lain, bayangkan kalau misalnya org di sekitar kita tampaknya sehat saja termyata ia berpotesi membawa virus,
·         yang kedua virus COVID 19 ini menyebar lewat percikan cairan tubuh yang keluar dari orang yang terinfeksi berupa bersin atau batuk, nah percikan ini bisa nempel ke tubuh orang lain yang ada di sekitar orang pembawa virus dan terhirup ke paru paru,
·         nah yang ketiga adalah pergerakan social normal mendorong pergerakan virus ini menyebar lebih cepat, semain sedikit kita berinteraksi dengan orang lain semakin sedikit peluang kita untuk terjangkit atau menyebarkan virus ini ke orang lain, kalau peluang penularan di perkecil otomastis laju perkembangan virus ini akan terhambat,

            Nah itu tiga alasannya, tadi juga sempat saya sebut sebelumnya kalau dalam menerapkan Social distencing itu butuh sinergi dari Tiga elemen masyarakat Nah sekarang bagaimana praktek scial distencing ini di lakukan oleh tiga elemen masyarakat ini?

1.      Individu
a)      Pertama untuk individu melakukan social distensing ni berarti kita nggak menjabat tangan dengan orang lain,
b)      kedua menjaga jarak 2 meter jika berinteraksi dengan orang lain,
c)      yang ketiga nggak ngumpul ngumpul ngaak nongkrong, nggak ke keramaian, yang
d)     kempat keluar rumah hanya untuk hal mendesak seperti beli bahan makanan dan kerumah sakit,
e)         yang kelima adalah rutin mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik,

contohnya misalnya perusahaan kita melakukan Work Form Home yah usahakan kita memang memanfaatkan waktu dirumah jangan ngumpul di mall, jangan liburan keluar kota, dan lagi di rumah juga kita harus rajin cuci tangan misalnya setelah kita terima paket atau delivery makanan.


2.      Perusahaan
sementara itu perusahaan juga bisa melakukan sicial distencing dengan menerapkan hal2 sbb:
a)      yaitu melakukan work form home untuk karyawan,
b)      yang kedua membatasi jumlah peserta rapat,
c)      tidak mengadakan kegiatan massal tereutama di ruang tertutup.

            Ini sebenarnya yang masih susah di lakukan di indonesia masih banyak perusahaan yang membutuhkan karyawan nya untuk datang kekantor, dan kalau emang karyawan harus datang kekantor upaya social distencing nya yang harus di di perketat, yaitu jaga jarak antar sesama karyawan baik lagi diskusi atau pun lagi rapat.pokoknya semua kegiatan,

3.      Pemerintah
            Nah trus kalau dari pemerintah, apa yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan social distencing ini ? dari pemerintah social distencing yang bisa dilakukan adalah

a)      meliburkan sekolah dan universitas,
b)      yang kedua menutuptempat wisata dan ruang publik,
c)      menunda event besar, dan
d)     yang keempat adalah mendorong perusahaan untuk memberlakukan work form home,

salah satunya yang baru terjadi adalah pemerintah berhasil mempersuasi panitia pelaksana event keagamaan di GOWA untuk menghentikan acara yang rencana akan di hadiri oleh ribuan orang, kebayang  nggak kalau sampai acara ini berlangsung?

            Nah intinya adalah tanpa social distencing peluang satu orang menularkan atau tertular orang lain itu besar, ini berarti tingkat penyebaran virus akan berlipat dan karena itu ada baiknya memang kita harus mengikuti himbauan dari pemerintah untuk jaga jarak dengan orang lain sampai keadaan yang lain aman. Jadi untuk teman teman just Stay home- <3

Minggu, 01 Maret 2020

Mindset Berfikir ERO sebagai landasan hidup bahagia.


       Kembali pada Agenda tiap hari Rabu di kantor KITA Bhineka tungggal ika yakni adalah Kegiatan PLC ( Peace leadership Training) yang dimulai pukul 17:00 WITA tidak lebih tidak kurang , ini adalah pertemuan ketiga setelah di mulainya kegiatan ini, seperti sebelumnya Kak Therry selaku pemantik Tidak pernah mengecewakan, Materi yang di share kepada kami Di keJewantahkan olehnya dengan Apik dan Tidak membosankan.

          pada garis start ada Hakuna Matata yang berada pada posisi pertama dalam agenda materi, berupa pemutaran sebuah cuplikan scene dari film kesukaan kak Therry yakni Lion King, dmna pada scene tersebut di ceritakan tentang Simba yang sedang berada pada titik terendah karena suatu peristiwa buruk telah terjadi berkatnya, oleh Timon dan Pumba, simba di perkenalkan dengan hakuna matata yg merupakan sebuah magic word yang jika di ucapkan, minimal akan mengurangi rasa sedih sepersekian persen yang dialami dirinya, dan itulah yang terjadi pada cuplikan video scene lion king tersebut.

          Tak sampai disitu, setelah menonoton cuplikan scene The lion king, kami di perkenalkan dengan sebuah Rumus, bukan rumus matematika, fisika atau keteurunan dari mereka berdua, akan tetapi ini adalah Rumus ERO Yang Di temukan Oleh Jack Canfield.

E + R = O
E = Event ( Situasi)
R = Respon ( Respon terhadap situasi)
O - Outcame (Hasil dari sebuah peristiwa)

          Meskipun persamaan ini terlihat sederhana, tetapi akan sangat sulit untuk di Lakukan, Di butuhkan sebuah kejuujuran serta sikap Legowo dan membuang kebiasaan umtk selalu menyalahkan orang lain. maka dari itu pada kebanyakan Situasi orang-orang hanya Menggunakan E=O dan menghilangkan R yaitu kesadaran terhadap kesalahan diri sendiri dan akibatnya timbul yang namanya Blame,Complaint,Defend dalam garis besar menggambarkan sikap lebih condong mempertahankan diri dari kesalahan dan melimpahkan semua kesalahan kepada orang lain.

          Dalam menjelaskan mengenai Rumus ini kak Therry merefleksikannya dalan sebuah cerita Seorang Mahasiswa Organisatorik yang Di perhadapkan Pada Situasi dimana ia harus memposisikan dirinya yang memangku sebuah tanggung jawab pada suatu kegiatan kelembagaan dan Peran sebagai Anak Sekaligus kakak dalam sebuah keluarga,

          Singkat cerita Lelaki yang tidak di sebutkan namanya ini adalah seorang yang aktif berorganisasi di kampus, pada suatu ketika ia mempunyai peran penting dalam sebuah kegiatan kelembagaan yakni Inaugurasi dimana ia harus selalu hadir dalam setiap Agenda dalam Acara itu, dan di hari yang sama dengan pelaksanaan kegiatan inaugurasinya, Orang tua dari LElaki ini harus berpergian keluar kota dan menitipkan tanggung jawab pada lelaki ini untuk menajaga Anaknya yang berusia 7 tahun saat berpergian, yang tak lain merupakaan Adik dari Lelaki itu sendiri, Dalam Situasi Ini Lelaki itu mencoba menentukan pilihan Untuk Hadir atau tidak dalam acara Inaugurasi tersebut, dan dengan Kemampuan Analitical Thinking lelaki tersebut  mendapatkan sebuah solusi agar ia tetap bisa hadir dalam acara itu dan tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak dengan meninggalkan adiknya sendiri dirumah, pada akhirnya solusi yang ia dapat adalah dengan menitipkan sang adik pada Pamannya dengan harapan sang paman dapat menjaga Adiknya selama kepergiannya ke acara Inaugurasi tersebut, pamannya mengiyakan tawaran tersebut.
          Atas dasar Trust Intimacy nya kepada paman nya, ia lebih merasa tenang, sampai pada akhirnya kepulangannya dari Acara itu ia menyadari perubahan perilaku yg dialami oleh adiknya yang tak biasa dan berberada semenjak setelah di titipkan kepada pamannya, merasah aneh ia mencoba berbicara kepada adiknya dan mempertanyakan tentang perubahan sikapnnya, tetapi itu tidak mudah, adiknya terus menerus menolak untuk membicarakannya, ia semakin merasa risih akan hal itu dan mencoba mendesak adiknya agar mau berbicara sampai pada akhirnya ia berakhir pada sebuah fakta yang meruntuhkan dinding Trust Intimacy nya kepada Pamannya, yah Adiknya Di perkosa oleh pamannya sendiri selama kepergiannya.

          setelah selesai bercerita, Kak Therry Meminta pendapat Mengenai Refleksi Rumus E+R=O pada Cerita yang ia paparkan, dimulai dengan memberi nilai pada Event (situasi) yang di alami oleh lelaki tersebut, beratnya situasi yang di rasakan tergantung pada sebesar apa nilai yang di berikan, Dari 1 sampoai 10 yang di tawarkan kak therry, semua peserta kompak memberi nilai 10, tapi tak cukup sampai disitu para peserta merasa nilai yang di berikan tak sepadan dengan beratnya situasi yang di alami lelaki dari certita itu, kemudian kak therry lebih memperluas interval angka yakni dari 1 hingga 100, 1 hingga 1000, 1 hingga 10000, kemudian kami sampai kepada angka tertinggi yaitu 100000, 

"kenapa angkanya sebesar itu? tanya kak therry

"yah kareana situasi itu memang sangat berat kak, timpal salah satu peserta 

"Lalu jika situasi nya seberat itu, bagaimana seharusnya kita merespon?"kak therry bertanya kembali

"Lapor Polisi kak, Adiknya Bawa Ke Sikolog, Memberikan Pendampingan Khusus Buat Sang Adik kak, bunuh pelaku, dll" peserta bergantian menjawab

pada akhirnya setelah para peserta menyebutkan hal hal yang harus di lakukan sebagai respon akan situasi itu, dan pada kenyataannya respon yang diberikan tidak cukup besar untuk menghasilkan nilai positif pada hasil outcame.

apa yang salah? 

nah, Rumus Ini sebenarnya Sangat Mirip Dengan filsafat Stoic, tentang bagaimana Merespon Suatu Situasi dengan kontrol Opini diri,

          Epictetus yang merupakan salah satu filsuf STOA pernah berkata :
"bukan hal atau orang yang menggangu kita, tapi opini kitalah  atas hal tersebut."

Pada Cerita Diatas kami Sebagian besar peserta menanggapi hal tersebut dengan marah dan dendam terhadap pelaku, Akan tetapi sebenarnya isu nya bukan pada situasi itu, tapi pada opini kita atas situasi itu,

          filsuf stoa percaya bahwa "Emosi negatif adalah akibat nalar yang sesat", nah ini menarik terkadang kita merasa di adu dengan emosi dan nalaar, tapi filusf stoa mengatakan tidak, karena jika ada emosi negatif berarti ada kesalahan dalam bernalar, bukan di sebabkan oleh situasi, serta kita memiliki kemampuan untuk mengubah opini ini kapan saja, karena opini ini ada dalam otak kita, artinya kita yang bisa mengganti itu bukan orang lain.

dan yang terjadi pada kita dalam menanggapi cerita diatas adalah, ternyta yang salah ada pada diri kita, ketidakbisaan kita menerima situasi yang ada membuat kita larut akan dendam dan sikap menyalahkan diri sendiri, ini yang membuat kita memberikan nilai tinggi pada Event (situasi) ini, 

          kita terlalu sombong berfikir bahwa situasi itu terjadi sepenuhnya karena kesalahan (kehendak) kita, tapi sebenarnya ada kuasa yang lebih besar dibandingkan kehendak kita, yaitu kuasa tuhan, bukan berarti tuhan melakukan kesalahan, tapi percayalah ada hikmah di balik setiap kejadian dan itu lah yang perlu kita sadari dengan cara menerima setiap kehendak tuhan yang berupa situasi tersebut.
dengan cara menerima segala sitausi yang ada kita jauh lebih merasa tenang sehingga membantu kita untuk lebih bijak dalam merespon sesuatu

         Dalam FIlsafat Stoa dikenal "dikotomi Kendali" yaitu bahwa sebagian hal ada di bawah kendali kita, dan sebagian hal lain di luar kendali kita.

jadi smpel nya bagi orang stoa dalam hidup itu segala sesuatu itu tinggal di bagi dua, yang pertama itu di bawah kendali kita, dan itu sedikt sekali hanya fikiran dan opini kita, sisanya cuaca, kekayaan, reputasi, kesehataan itu semua diluar kuasa kita, dan masalahnya semua kebahagiaan kita kita standarkan pada suatu hal yang sebenarnya di luar kendali kita dan hal ini lumrah terjadi, bagi orang Stoa ini absurd karena kita bahagia tergantung sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan, Kapan kita bahagianya?

Mercus Aurelius Pernah Berkata:
"Kamu memiliki kendali Atas Pikiranmu, bukan peristiwa luar, sadarilah itu dan kamu akan menemukan kekuatan"


          kita tidak bisa mengendalikan ombak dilautan karena itu diluar kuasa kita, tapi kita bisa menentukan pilihan untuk tetap mempertahankan kapal sesuai arah yang kita kehendaki.

          kita tidak bisa memilih situasi apa yang kita inginkan akan tetapi kita bisa memilih respon apa yang akan kita ambil terhadap situasi itu, makanya pada R(respon) kak thery mematok nilai tak terbatas, karena kita memiliki kuasa penuh dalam melakukan sebuah respon, dan memberi batasan artinya mempersempit ruang gerak kita dalam merespon, karena sebenarnya kita masih bisa melakukan yang terbaik dan hanya kerena batasan yang kita tetapkan kita jadi tidak bisa memaksimalkan respon kita terhadap suatu situasi untuk memperoleh outcam (hasil) yang Positif.


          kesimpulannya ialah rumus E+R=O adalah rumus yang cocok di gunakan dalam suatu pekerjaan maupun dalam menjalani sebuah roda kehidupan, secara sederhana jika kita kurang puas dengan hasil yang kita dapatkan saat bekerja atau menjalani kehidupan, cobalah untuk  merubah R (Respon) anda terhadap E (Situasi) hingga kita mendapatkan  O (hasil) yang selama ini kita cari dan inginkan.

-Terima Kasih-

Self Boundaries : Perlunya Memilki batasan

  Self Boundaries : Perlunya Memilki batasan               Di dalam hidup ini mungkin banyak dari kalian yang sering merasa sering di ma...