Self Boundaries : Perlunya Memilki batasan
Di dalam hidup ini mungkin banyak
dari kalian yang sering merasa sering di manfaatkan, dan memberikan terlalu
banyak entah itu waktu, materi, energi, merasa tidak dihargai dan merasa
powerless saat berada di situasi tersebut,
hal ini terjadi karena
kita secara tidak sadar mengizinkan orang-orang tersebut memperlakukan kita
demikian, bisa jadi penyebabnya karena kita sendiri tidak memiliki yang namanya
batasan.
batasan atau boundaries
adalah limit yang menandakan hal-hal mana yang acceptebel, serta apa yang bisa
di tolerir dan tidak, limit ini berlaku bagi orang lain dan diri kita sendiri,
di salah satu bukunya
dokter hendri cluod pernah bilang bahwa “boundaries itu seberti rumah”, nah
rumah kita kan biasanya di kelilingi pagar, terus ada pintu masuk dan di dalam
rumah ada ruangan ruangan lain salah satunya kamar tidur kita,
nah, ada orang orang
yang hanya bisa berada diluar pagar, ada yang bisa masuk kedalam tapi cuman
keruang tamu, dan ada juga orang-orang yang kita izinkan masuk sampai ke kamar
kita, nah kira kira seperti itulah boundaries, menetapkan physical space,
emotional space, menthal dan juga spiritual space buat diri kita senditri.
Batasan batasan inipun
jenis dan skala perioritasnya berbeda-beda, ada yang emosional dan ada yang
physical. terus batasan kita juga ke orang lain berbeda beda, ada yang
significant other, ke teman, ke orang tua, ada batasan-batasan yang sangat
regit, ada yang lebih flexibel, ada yang big deal ada juga yang sepele.
kalau bagiku batasan
yang saat ini ku terapkan misalnya saya tidak akan mau orang memberikan nomor
pribadi ku ke orang lain tanpa seizin ku, terus batasan yang ku tetapkan pada
diri sendiri misalnya harus tidur paling minimal 5 jam sehari,
menurutku memiliki
batasan sangat penting, setting boundaries bukan untuk mengontrol orang lain,
melainkan untuk melindungi diri sendiri, nah hal ini membantu kita membedakan
antara posisi kita dan posisi orang lain dan membedakan antara keinginan kita
dan keinginan orang lain.
jadi hidup yang kita
jalani itu jauh lebih otentik dan sesuai dengan values atau nilai nilai yang
kita pegang,
Self
Love
membuat batasan adalah
bagian dari self love, kita berhak untuk memiliki personal space dan melindungi
space tersebut, dan sebagai manusia kita memiliki otonomi atas diri kita
sendiri,
dan seperti yang saya
katakan sebelumnya bahwa boundaries adalah bentuk perlindungan yang melindungi
diri kita dari orang-orang yang kiranya mau manfaatin kita, mengontrol bahkan
memanipulasi kita, dan kita tdak semestinya hidup sebagai people pleasure, artinya
kebahagian orang lain bukan merupakan tanggung jawab kita,
Selanjutnya, memiliki
batasan juga membantu kita untuk membentuk hubungan yang sehat dengan orang
lain, karena sebenarnya hubungan sehat itu di dasari mutual respect,
hubungan sehat itu
adalah tentang bagaimana diri kita bukan tentang apa yang kita lakukan ke orang
tersebut, soalnya ini particulary interesting buatku, karena sangat sering saya
melihat kebanyakan orang memiliki hubungan dengan orang lain bukan karena
bagaimana orang itu, bukan tentang bagaimana personality mereka, bukan juga
karena nilai-nilai yang mereka pegang, tapi seringnya karena orang itu baik ke
kita.
Nah masalahnya kata ”baik” ini kadang suka salah diartikan,
kita mengangap orang itu baik karena mudah melakukan sesuatu buat kita, kita
gampang buat ngambil waktunya, energi dia, dan semacamnya.
Mindset seperti ini tidak
bisa di pakai buat punya healthy relationship sama orang lain, kalau kita bisa
setting boundaries dengan baik, itu akan membuat kita mudah untuk mengetahui
siapa saja orang yang menghargai kita.
Kita bertanggung jawab
untuk diri kita sendiri, eksistensi kita bukan untuk present ke orang lain dan
kita berhak untuk hidup mandiri, maksudnya bagaimana?, Maksudnya adalah tidak
bergantung pada keinginan, perasaan, mood ataupun pemikiran orang lain.
Tidak
Mudah
Walaupun memiliki
batasan dan prinsip itu penting, nyatanya seringkali hal ini sangat sulit buat
dilakukan, seringkali kita tidak mau terlihat difficult, ribet, dan kaku,
karena mungkin kita takut orang orang ini akan kecewa dengan kita bahkan
meninggalkan kita.
Jadi selama ini kita
harus terus berkompromi dan menyesuaikan diri sampai kita harus mengorbankan
self effort kita, dan tidak respecting diri kita sendiri, dan juga kita
memiliki 6tkekhawatiran jika kita memiliki batasan dan mengkomunikasikan hal
tersebut ke orang lain maka akan terjadi konfrontasi dan karena tidak semua
orang suka konfrontasai jadi untuk menghindari hal tersebut akhirnya kita
berkompromi lagi,
ada juga orang-orang
yang belum tau bahwa konsep boundaries ini exist, bisa jadi selama ini growing
up boundaries dan privacy yang mereka punya selalu di failed it, akihnya
terbentuklah mindset di diri mereka bahwa ’di
dalam hidup ini tidak semestinya aku punya pagar’
kalau kita ingin
respect orang lain, kita harus lebih dulu respecting diri sendiri, dan
menghargai orang lain itu bukan dengan selalu mengizinkan mereka untuk
crossting the line dan selalu meng”iya”kan apapun yang mereka minta.
How
to identify and set boundaries?
Nah sekarang
Pertanyaannya How to identify and set boundaries?
Pertama kita mesti
cari tau nilai nilai apa yang kita pegang, inilah mengapa self-Awereness itu
sangat penting, kita harusterus bertanya ke diri kita sendiri hal hal apa yang
essential buat kita, apa yang kita suka dan tidak.
Selanjutnya kita harus
bisa menganalisa itu semua, kenapa menganggap suatu value itu penting?, kenapa
terkadang kita merasa tidak nyaman ketika di perhadapkan akan sesuatu?, dan
bagaimana cara mengatasinya?
Kita harus berusaha
meng-challenge diri kita dengan pertanyaan pertanyaan seperti itu dan jangan
dissmising dengan perasaan yang kita punya.
Selanjutnya
kategorikan batasan batasan tersebut, Find the balance, karena boundaries ini
juga sangat berhubungan dengan situasi dan kondisi serta orang2 yang kita
hadapi, dan selalu ingat bhwa kita berhak untuk punya self-worth, self-respect
dan healthy wellbeing.
Yang selanjutnya yang
musti kita lakukan adalah mengaplikasikan batasan tersebut, kalau cuman bikin
tapi tidak dilakuakan, sama saja bohong
Nah ketika bouderies
tersebut sedang di uji, kita juga haris bisa menganalisa situasi tersebut, kira
kira hal tersebut crusial atau tidak, kita harus langsung mengkomunikasikan ke
orang ini atau tidak?, dan saat mengkomunikasikannya pun kita harus transparan
mungkin, harus jelas, tegas, straight forward, dan tentunya harus sopan.
Awalnya mungkin merasa
takut dan tidak nyaman dengan semua itu, tapi ini semua butuh yang namanya
proses, makin sering kita challenging batasan yang kita buat ini, akan makin
mudak kita mengkomunikasikan hal tersebut dengan baik.
Nah misalnya si orang
ini entah teman kita atau siapapun ke-trigger atau tidak terima kita setting boundaries
terhadap kelakuan mereka, kita tidak perlu merasa sorry atqau meminta maaf,
karena kembali lagi di awal bahwa kebahagiaan orang lain itu bukan merupakan
tanggung jawab kita dan ketersinggungan orang juga bukan merupakan tanggung
jawab kita.
Terakhir adalah kita
musti mencari support system, yaitu orang-orang yang bisa membantu kita kita
untuk figuring out dan practicing boundaries ini, orang-orang yang benar peduli
dengan wellbeing kita, bukanya yang mau kita melakukan apa yang mereka mau.